Melihat dari Samping: Menyaksikan Cyberbullying di Media Sosial

Setiap hari, aku cukup banyak menghabiskan waktu di media sosial, menggulir layar tanpa henti, melihat konten-konten dari berbagai kreator. Beberapa selebgram dan TikToker kerap membagikan kehidupan mereka, mulai dari fashion, traveling, hingga keseharian mereka. Awalnya, aku menganggap media sosial sebagai tempat hiburan dan inspirasi. Namun, semakin lama, aku mulai menyadari sisi gelap dari dunia digital yaitu cyberbullying yang terlihat pada layar smartphone ku.


Aku sering melihat komentar-komentar jahat berseliweran di unggahan para seleb. Mulai dari kritik berlebihan, hinaan terhadap fisik, hingga tuduhan tanpa dasar. Ada yang mengatakan seorang influencer terlalu kurus atau terlalu gemuk, ada yang mencemooh gaya berpakaian mereka, bahkan ada yang terang-terangan mengucapkan kata-kata kasar pada kolom komentar. Yang lebih menyedihkan, komentar-komentar seperti itu sering kali mendapat banyak likes, seolah-olah orang lain ikut mendukung perilaku perundungan tersebut.


Suatu hari aku pernah melihat seorang seleb TikTok muda yang videonya viral, hanya untuk dibanjiri komentar negatif. Awalnya, dia tetap aktif dan membalas beberapa komentar dengan bercanda. Tapi setelah beberapa waktu, dia mulai jarang mengunggah konten, dan akhirnya menghilang dari media sosial. Aku bertanya-tanya, bagaimana perasaannya membaca semua itu? Apakah dia menangis di balik layar? Aku merasa tidak berdaya karena hanya bisa melihat tanpa bisa benar-benar membantu.


Beberapa kali aku mencoba menegur orang-orang yang berkomentar kasar, tetapi justru aku yang diserang balik. Banyak yang berkata, “Dia kan sudah terkenal, harusnya kuat,” atau “Kalau gak mau dikomentarin, jangan jadi public figure.” Padahal, tidak ada yang pantas menerima hinaan, seberapapun terkenalnya mereka. Aku tersadar bahwa banyak orang di media sosial tidak menyadari dampak dari kata-kata yang mereka buat. Mereka merasa bebas berkata apa saja tanpa berpikir bahwa di balik layar ada manusia dengan perasaan.


Sejak saat itu, aku berusaha untuk lebih sadar dalam menggunakan media sosial. Aku tidak ingin ikut serta menyebar kebencian atau mendiamkan perundungan yang terjadi. Aku mulai lebih sering meninggalkan komentar positif, melaporkan akun-akun yang melakukan bullying, dan mengingatkan teman-temanku untuk lebih berhati-hati dalam berkomentar. Aku mungkin hanya seorang penonton di dunia maya, tapi aku tahu bahwa sekecil apa pun kebaikan yang kulakukan bisa membuat perbedaan. Cyberbullying bukan hal sepele, dan kita semua punya peran untuk menghentikannya.

  • endahsayekti04@gmail.com
  • 0274 05102024
  • Jl. Brawijaya, Kasihan, bantul, Yogyakarta