Media sosial harusnya jadi tempat buat semua orang berekspresi dan berinteraksi dengan cara yang positif. Tapi kenyataannya, cyberbullying makin marak, termasuk yang dialami Ara di TikTok. Sebagai platform yang lagi hits, TikTok memang kasih kesempatan buat siapa aja dikenal lebih luas, tapi di sisi lain, juga bikin orang lebih gampang kena serangan dari netizen.
Apa yang dialami Ara nunjukin kalau masih banyak orang yang nggak ngerti batasan dalam berkomentar. Komentar negatif, hinaan, sampai hujatan pribadi bukan cuma nyakitin perasaan, tapi juga bisa berdampak buruk ke kesehatan mental. Tekanan dari cyberbullying bisa bikin orang stres, cemas, bahkan depresi.
Salah satu alasan kenapa cyberbullying gampang terjadi adalah karena anonimitas di dunia maya. Banyak orang berani ngomong kasar karena mereka pakai akun palsu atau identitas yang nggak jelas. Mereka ngerasa aman karena nggak kelihatan, jadi bebas ngebully orang lain tanpa mikirin dampaknya. Padahal, kalau udah keterlaluan, tindakan kayak gini bisa kena masalah hukum, apalagi kalau udah menyangkut pencemaran nama baik atau ancaman.
Sebagai pengguna media sosial, kita harus lebih bijak dalam bersikap. Belajar menghargai perbedaan dan nggak asal ngomong bisa jadi langkah awal buat bikin dunia digital lebih sehat. Kalau lihat ada yang kena cyberbullying, kita juga harus berani speak up, laporin, atau minimal kasih dukungan ke korban biar mereka nggak ngerasa sendirian.
Intinya, cyberbullying bukan cuma masalah personal, tapi juga masalah sosial yang harus kita selesaikan bareng-bareng. Kejadian yang menimpa Ara harusnya jadi pengingat bahwa media sosial bukan tempat buat nyebarin kebencian. Bikin lingkungan digital yang lebih positif itu tugas kita semua baik individu, komunitas, maupun platform media sosial itu sendiri.