Keseimbangan Menjalankan Ajaran Islam dengan Mengamalkan Pancasila
Menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, Pancasila sebagai filosofi negara Indonesia bukan hanya dihafal, tapi juga diamalkan. Bagi Muhammadiyah, menjalankan Ajaran Islam bisa sekaligus mengamalkan Pancasila.
Busyro melanjutkan, bahwa Pancasila merupakan kristalisasi sifat-tradisi yang sudah membudaya di bangsa Indonesia sejak dahulu. Bangsa Indonesia telah lama memiliki nilai-nilai perjuangan, anti penjajahan, kerja sama, dan gotong royong yang tulus tanpa pamrih, termasuk kepemimpinan dan ikatan sosial.
“Dibungkus nilai-nilai itu dengan kepercayaan kepada Tuhan yang diyakini sebagai sesembahannya, kalau Islam Allah SWT”. Ungkap Busyro, Kamis (20/10) di acara Pengajian Kader Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tamantirto Selatan, Kasihan, Bantul.
Setelah merdeka dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), negara yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah memiliki amanah untuk mengaktualisasikan kelima nilai dalam Sila Pancasila tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.
“Terutama yang terkait dengan peran negara, tugas negara, dan tanggung jawab negara. Untuk mengamalkan Pancasila itu,” tuturnya.
Pancasila ini juga mengikat seluruh elemen yang ada di dalam NKRI, termasuk umat Islam dan Muhammadiyah. Mengikat, kata Busyro, adalah mengisi-mempraktikkan kelima Sila Pancasila tersebut. Bagi Umat Islam tidak perlu khawatir, kelima sila Pancasila itu sesuai dengan ajaran Islam.
“Muhammadiyah, NU dan lain-lain berkewajiban. Karena Muhammadiyah, NU dan sebagainya itu menyatakan sepakat memberi persaksian bahwa negara kita itu sudah disepakati bersama sejak 17 Agustus 1945 itu dengan adanya Pancasila,” ucap Busyro.
Menurutnya, pengamalan Pancasila tidak perlu menunggu aba-aba dari pemerintah. Sebab bagi Umat Islam Indonesia, mengamalkan ajaran Islam dengan baik sudah sekaligus mengamalkan Pancasila.
Busyro mencontohkan, bahwa pengamalan Pancasila yang dilakukan oleh Muhammadiyah melalui bidang pendidikan. Ketika di kawasan 3T belum ada lembaga pendidikan, Muhammadiyah kemudian menginisiasi pendirian lembaga pendidikan di sana.
“Dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia itu salah satu cara ngisi Pancasila itu,“ katanya.
Bagi Islam, termasuk Muhammadiyah mengisi Pancasila itu tidak cukup hanya retorika. Tidak perlu merasa paling Pancasila hanya bermodal teriak-teriak saja. Busyro mengingatkan, supaya jangan sampai slogan paling Pancasila menjadi cikal penyebab tindakan intoleransi.