Sejarah Hari Raya Idul Adha bagi umat Muslim

Idul Adha yang biasa dikenal sebagai Idul Qurban, adalah salah satu dari dua hari raya besar dalam Islam, selain Idul Fitri. Hari raya ini dirayakan pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah dan berlangsung selama empat hari hingga tanggal 13 Dzulhijjah. Idul Qurban merupakan puncak dari ibadah haji yang dilaksanakan oleh umat Muslim yang mampu ke Mekah, Arab Saudi. Pada hari ini, umat Muslim di seluruh dunia juga melaksanakan ibadah qurban, yaitu menyembelih hewan ternak seperti sapi, kambing, atau domba.

Umat muslim pada hari itu Allah berikan  kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Orang-orang muslim yang tidak dapat melakukan haji memiliki kesempatan untuk berkurban, yaitu menyembelih hewan qurban sebagai bukti cinta dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Sejarah Idul Qurban bermula dari kisah Nabi Ibrahim a.s. dan putranya, Nabi Ismail a.s. Kisah ini diceritakan dalam Al-Quran, di mana Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya sebagai bentuk ujian ketaatan. Ketika Nabi Ibrahim hendak melaksanakan perintah tersebut, Allah SWT menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba sebagai pengorbanan. Kisah ini menunjukkan ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim serta Nabi Ismail dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul “adzim, Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim dengan mimpinya yang benar, memaksanya untuk mengorbankan anaknya jika Allah menghendakinya. Anak yang tampan, sehat, dan mahir ini harus dikorbankan dan dibunuh dengan tangannya sendiri. Sungguh mengerikan! Al-Qur’an menceritakan peristiwa luar biasa itu.

Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail. Hikmah yang dapat diambil dari hari raya Idul Adha, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan dipadang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.

Sumber : https://amalqurban.com/sejarah-dan-makna-idul-adha/

Sumber gambar : https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-idul-adha/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *