Dakwah Digital yang Relevan bagi Generasi Z: Strategi, Kebutuhan, dan Gaya Komunikasi


Di tengah arus digitalisasi yang cepat dan dinamis, media sosial telah menjadi ruang strategis untuk menyampaikan pesan keagamaan, khususnya dakwah Islam. Perubahan pola konsumsi informasi dan gaya komunikasi generasi muda, terutama Gen Z, menuntut pendekatan dakwah yang lebih kreatif, inklusif, dan kontekstual. Tokoh seperti Ustadz Handy Bonny, Ustadz Felix Siauw, Ustadz Kadam Sidiq, dan Ustadz Hanan Attaki menunjukkan bahwa dakwah di media sosial dapat menjangkau anak muda secara efektif jika disampaikan dengan strategi yang tepat.

Untuk berdakwah secara optimal di ruang digital, dibutuhkan pemahaman mendalam terhadap karakteristik setiap platform. TikTok yang menuntut konten pendek dan emosional, Instagram yang menonjolkan visual estetik, hingga YouTube yang memungkinkan eksplorasi tema secara panjang dan mendalam. Selain itu, kredibilitas personal serta konsistensi gaya hidup juga menjadi kunci penting, karena Gen Z sangat menghargai keautentikan dan kedekatan emosional.

Kemampuan komunikasi yang adaptif turut menentukan keberhasilan dakwah. Gaya bahasa yang santai, humanis, dan non-judgmental, seperti yang digunakan oleh Ustadz Hanan Attaki, mampu menciptakan nuansa percakapan yang terasa seperti dari teman sebaya. Di sisi lain, visual menarik dan format konten yang engaging seperti humor dan storytelling dalam video Ustadz Kadam Sidiq menjadi elemen penting dalam menarik perhatian audiens digital.

Strategi dakwah yang efektif bagi Gen Z mencakup pemanfaatan konten pendek (short-form content), podcast atau video panjang untuk pendalaman tema, kolaborasi dengan kreator populer, serta penggunaan storytelling yang menyentuh sisi emosional. Cerita pengalaman pribadi, seperti proses keislaman Ustadz Felix Siauw, terbukti menjadi inspirasi kuat bagi mereka yang sedang dalam fase pencarian spiritual.

Adapun gaya bahasa dakwah yang ideal adalah yang reflektif, inklusif, dan mudah dipahami, tanpa menggunakan istilah kompleks tanpa konteks. Format konten yang disarankan meliputi video pendek di TikTok dan Reels, carousel quotes di Instagram, serta podcast atau video diskusi di YouTube dan Spotify. Live session dan storytelling series juga efektif dalam membangun interaksi yang hangat.

Benang merah dari berbagai pendekatan ini menunjukkan bahwa esensi dakwah digital bukan terletak pada jumlah likes atau views, melainkan pada seberapa dalam pengaruhnya dalam membentuk kesadaran spiritual. Oleh karena itu, dakwah masa kini perlu bertransformasi dari sekadar menyuruh menjadi sarana mendekat menguatkan, menenangkan, dan memanusiakan. Di era digital, berdakwah tidak cukup hanya hadir di media sosial, tetapi juga harus hadir dengan gaya sosial yang mengena.

share this article

read more...

Bahaya Cyber Bullyng

Hai guys disini gue mau cerita nih pengalaman temen SMA. jadi guys dulu pas masih SMA gue punya temen cewe sebut aja nama dia Yasmin. Nah temen gue ini orangnya…
Read more

Introduction

haiii guys kenalin gue Khamid Syarifuddin biasa dipanggil nengok, engga dong… panggil aja gue Hasya, asal daerah gue adalah dari Tangerang Selatan. Saat ini gue sibuk si sebagai mahasiswa, haha……
Read more