Ketika pertama kali memilih kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), aku masih belum benar-benar tahu arah pasti masa depanku. Yang aku tahu, aku ingin menjadi seseorang yang bisa mendengarkan, memahami, dan menyampaikan hal-hal bermakna kepada orang lain. Itulah mengapa aku akhirnya memilih Program Studi Komunikasi dan Konseling Islam UMY—sebuah pilihan yang ternyata membawaku bukan hanya pada ilmu, tapi juga pada perjalanan mengenal diri dan orang lain secara lebih dalam.
Yang membuatku tertarik pada Komunikasi dan Konseling Islam UMY adalah pendekatan uniknya yang menggabungkan ilmu komunikasi interpersonal dengan prinsip-prinsip konseling berbasis Islam. Setiap mata kuliah yang kami pelajari mulai dari Psikologi Perkembangan, Psikologi Klinis, Teori Konseling, Observasi dan Wawancara, hingga Etika Profesi Konselor, selalu ditekankan dalam nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan. Kami tak hanya belajar berbicara dengan baik, tapi juga mendengar dengan hati.
Kami tidak hanya belajar di ruang kelas. Mulai dari semester pertengahan, aku sudah terlibat dalam observasi lapangan, simulasi konseling, bahkan praktik langsung di sekolah maupun lembaga sosial. Dari situ aku belajar, bahwa menjadi konselor bukan tentang “menyelesaikan masalah orang,” tapi tentang membersamai proses mereka dengan empati dan keikhlasan.
Di jurusan ini, aku mulai mengenali sisi-sisi dalam diriku yang sebelumnya tertutup. Aku belajar bahwa sebelum bisa hadir untuk orang lain, aku juga perlu menyembuhkan diriku sendiri. Setiap pembelajaran terasa personal seolah aku sedang menjalani sesi konseling dengan diri sendiri.
Kuliah di KKI UMY adalah pengalaman yang membentukku, bukan hanya sebagai calon konselor, tapi sebagai manusia. Di sini aku belajar menjadi lebih peka, lebih peduli, dan lebih berani untuk hadir secara utuh bagi orang lain.
Jika kamu sedang mencari tempat belajar yang tidak hanya mengasah pikiran, tapi juga menumbuhkan hati, KPI UMY bisa menjadi pilihanmu.